Copyright © P@KD3? it's me
Design by Dzignine
Rabu, 08 Mei 2013

#55 Farewell

Assalamualaikum :)
sebenernya cerita ini harusnya ditulis di blog sebelah, tapi nggak pa pa wes.
 
Lanang, Arda, Paid, Zulfi, dan Kevin sudah siap di terminal Landung Sari. Sementara itu, 5 teman mereka masih ada saja alasannya. Entah di jalan (padahal masih mau berangkat), atau pun yang sengaja tidak membalas pesan singkat itu karena tidak ingin kesenangannya terganggu. Jam di pos polisi sudah menunjukan pukul 08.00. Salah satu teman mereka, Fadhil datang dengan diantar ibunya. Honda Supra X 125R keluaran terbaru yang biasa dipakai kakaknya itu kini sedang dikendarai ibunya. Kakaknya sudah pergi ke Bandung untuk belajar bahasa jerman. Jadi sekarang ia leluasa membongkar seluruh buku buku novel milik kakaknya itu. Biasanya, masuk satu langkah saja ke kamar kakaknya, pasti omelan kakaknya sudah membabi buta.

Satu detik. Dua detik. Teman mereka yang lain mulai datang. Apeng, wajahnya masih mengantuk atau seperti tidak rela meninggalkan kesenangannya. Yap, Anime. Dua orang diantara mereka adalah penggila anime (Apeng dan Paid). Pagi-pagi gini masih saja sempat menonton anime. Padahal mereka ingin datang cepat-cepat ke Jatim Park.

Masih kurang 3 orang lagi, yaitu Lentera, Rizky, dan Ruhkhis. Lentera hanya mejawab pesan singkat itu dengan kata “oyi”. Rizky dan Ruhkhis menjawab dengan mengatakan bahwa mereka sudah dekat. Satu detik. Dua detik. Arda ingin membeli sesuatu di Indomaret, yang lain pun mengikuti. Sebuah mini market yang sudah menjamur di kota-kota besar seperti Malang. Tak sulit untuk mencarinya. Fadhil hanya ingin membeli dua nescafe rasa vanilla, dan sebotol mizone untuk bekalnya nanti di Jatim Park. Berharap adanya toko semacam Seven Eleven yang menyediakan tempat untuk menikmati belanjaan mereka. Yang ada hanya teras toko yang dijadikan tempat duduk sebagai tempat menikmati belanjaan mereka.

Ruhkhis dan Rizky sudah tiba di terminal Landungsari. Langsung saja mereka bersepuluh berangkat menggunakan angkot ungu yang sudah biasa mengantar penumpang lain yang ingin ke Jatim Park. Fadhil mulai membuka novel berjudul “Bidadari-Bidadari Surga” karya Tere Liye hasil curiannya dari kamar sang kakak. Dia sudah tahu, pasti akan ada waktu lenggang. Setengah jam berlalu, angkot yang mereka naiki mulai mendekat ke Jatim Park.

Sebetulnya mereka semua (kecuali Apeng) sudah tau semua yang ada di Jatim Park. Mungkin merasa bosan, walau dengan janji “3 wahana baru di setiap tahun”. Rasanya janji itu hanya trik-trik untuk menarik perhatian pengunjung yang pernah ke sana, tidak untuk mereka. Walaupun merasa sedkit bosan, mereka tetap antusias menjajal wahana wahana yang ada di sana. Mereka memutuskan untuk berpencar sesuai wahana yang mereka inginkan, dan berkumpul lagi di kolam renang. Kevin dengan Lanang. Arda, Lentera, Fadhil, dan Apeng. Rizky, Ruhkis, Paid, dan Zulfi.

Jam menunjukan pukul 12.30, Lanang dan Kevin sudah tiba duluan di kolam renang. Sementara kelompok Arda baru saja sampai setelah menaiki Spinning Coaster. Sementara kelompok Rizky sampai beberapa menit kemudian. Bergegas mereka mengganti bajunya, siap mencemplungkan diri. Di antara mereka, ada yang benar benar berenang. Ada juga yang sekedar mencemplungkan diri untuk bermain air. Kedewasaan memang tak merubah perasaan mereka. Tetap saja ada rasa untuk ingin bermain-main. Rasa senang mereka terpancar dari tingkah laku mereka. 2 jam berlalu, cukup untuk membuat mereka lelah bermain. Segera mereka bilas dan ganti baju lagi. Seperti biasa, rasa lapar selalu datang setelah berenang. Mereka memutuskan untuk makan ke Food Center Jatim Park. Setelah kapok dengan makanan super sedikit yang mereka pesan tahun lalu di dekat kolam renang.

Fadhil kembali membuka novel “curiannya” itu. Dia tertarik sekali membacanya, sebuah cerita yang benar-benar memuat nilai kehidupan. Terlihat pembatas buku bertuliskan “telkomsel”. Dia baru saja menemukan modem GSM lamanya. Langsung saja dia membeli kartu perdana. Karena bingung memilih pembatas buku, maka selembar kertas tebal berisikan daftar paket internet pun dipilihnya. Satu detik. Dua detik. Makanan datang. Segera mereka melahapnya seperti seorang bajak laut yang menemukan harta karun. Sangat lahap.

Rasa lelah sudah mulai muncul. Tapi semangat mereka masih belum surut. 2 wahana sebelum pulang sepertinya cukup mengasyikan. Angin berhembus perlahan, menyenangkan. Langit sudah sangat mendung seperti mau menumpahkan semua muatannya. Keramaian yang mereka alami tadi siang pun sudah menghilang, sepi. Sudah waktunya mereka pulang. Sebuah angkot berwarna kuning menghampiri mereka di luar area Jatim Park. Segera mereka menaikinya. Rasa senang dan lelah bercampur menjadi satu. Hari itu adalah hari terakhir bagi Fadhil bertemu dengan teman temannya. Lusa depan ia sudah harus pergi, pergi mencari jati dirinya. Mungkin bulan depan, atau 2 bulan lagi, atau 3 bulan lagi mereka baru bisa bertemu. Sungguh hari yang menyenangkan.

Wassalamualaikum :')